Setiap hujan deras mengguyur, rumah pasangan suami istri Sugeng dan Sri Utami selalu terendam air. Ketinggian air bisa mencapai sekitar 1,5 meter. Mereka sudah tinggal di rumah itu selama 10 tahun.
Dua tahun lalu, sepekan setelah Sri Utami melahirkan anak ketiganya lewat operasi sesar, air kembali menerjang rumah hingga merendam ranjang. Saat itu, Sugeng tengah bekerja. Sendirian, Sri Utami menggendong bayi dan meletakkannya di atas sebuah papan. Tetangga yang melihat, awalnya berteriak, tetapi kemudian menolong.
Bayi mereka diselematkan ke rumah tetangga yang tak terendam air. Selang beberapa hari kemudian, Wali Kota Malang Sutiaji datang ke rumahnya. Ia melihat kondisi rumah yang terendam banjir sekaligus memberi bantuan. “Saya diberi uang tunai Rp 2 juta,” katanya.
Banjir juga menyebabkan sejumlah perabot rumah tangga rusak terendam banjir. Mulai alat penanak nasi, kompor, hingga televisi. Puncak banjir, katanya, terjadi pada Januari dan Februari. “Percuma sambat (mengeluh), tak ada perubahan. Ya, diam saja,” ujar Sugeng.
Baca selengkapnya
Tulisan Terkait
25 Oktober 2024
Data Journalism Hackathon, Data Journalism Hackathon 2024, Liputan
Hilirisasi nikel adalah jargon yang terus-menerus dilontarkan Presiden Joko Widodo. Program itu kerap dikaitkan dengan energi hijau dan transisi kendaraan [...]
25 Oktober 2024
Data Journalism Hackathon, Data Journalism Hackathon 2024, Liputan
Anak usaha Sinar Mas, PT Wira Karya Sakti (WKS) mengelola lahan kedua konsesi, PT Pesona Belantara Persada (PBP) dan PT [...]
25 Oktober 2024
Data Journalism Hackathon, Data Journalism Hackathon 2024, Liputan
Kebakaran hutan dan lahan di Jambi berulang. Salah satu terparah terjadi pada 2019. Berbulan-bulan Jambi berselimut kabut asap kebakaran lahan [...]