Hilirisasi nikel adalah jargon yang terus-menerus dilontarkan Presiden Joko Widodo. Program itu kerap dikaitkan dengan energi hijau dan transisi kendaraan listrik, seperti yang belakangan gencar disampaikan pemerintah. Namun, apakah hilirisasi ini betul-betul hijau? Di Halmahera Tengah, hutan terus ditebang dari tahun ke tahun untuk industri nikel. Beberapa tahun terakhir, angka deforestasi melesat tajam. Kami menelusuri Teluk Weda, melihat langsung bagaimana industri nikel berjalan.
Temuan kami: air Sungai Sagea tercemar logam berat, diduga karena aktivitas nikel di wilayah hulu. Air sungai yang sejak dulu adalah sumber kehidupan warga, kini sulit dimanfaatkan.
Industri nikel membuat penduduk sengsara. Di Desa Lelilef, warga mesti terpapar debu yang disebabkan aktivitas perusahaan. Mereka hidup berdampingan dengan kompleks PT Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP).
Dampak lain sejak kehadiran perusahaan: air tanah menjadi asin, nelayan juga kian sulit mendapatkan ikan. Belum lagi banjir besar yang menerjang Teluk Weda pada 21 Juli 2024. Diduga, perusahaan ikut andil menyebabkan bencana ini.
Simak selengkapnya:
Tulisan Terkait
25 Oktober 2024
Data Journalism Hackathon, Data Journalism Hackathon 2024, Liputan
Anak usaha Sinar Mas, PT Wira Karya Sakti (WKS) mengelola lahan kedua konsesi, PT Pesona Belantara Persada (PBP) dan PT [...]
25 Oktober 2024
Data Journalism Hackathon, Data Journalism Hackathon 2024, Liputan
Kebakaran hutan dan lahan di Jambi berulang. Salah satu terparah terjadi pada 2019. Berbulan-bulan Jambi berselimut kabut asap kebakaran lahan [...]
24 Oktober 2024
Data Journalism Hackathon, Data Journalism Hackathon 2024, Liputan
Atas nama “transisi energi”, segala macam cara dihalalkan pemerintah dan swasta untuk menambah porsi lahan sawit. Meski cara kotor seperti [...]