Sari, bukan nama sebenarnya, adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal bersama suami dan dua orang anak usia SD. Ia biasa berbelanja ke pasar tradisional atau swalayan seminggu sekali. Kali ini, ia beruntung mendapati ada diskon khusus untuk alpukat, menjadi Rp20.000/kg (sekitar 5 butir alpukat ukuran sedang). Sari segera membelinya, walaupun produk itu tak ada dalam daftar kebutuhan dan tidak banyak buah yang cukup matang di tumpukan itu.
“Kapan lagi dapat alpukat semurah ini? Nanti diperam juga matang, cukuplah buat seminggu ke depan,” katanya, mengambil 2 kg sekaligus.
Sayangnya, kualitas alpukat yang dibelinya kurang bagus, dan alih-alih matang sempurna, sebagian besar alpukat itu justru terasa pahit dan ia terpaksa membuangnya. Uang Rp40.000 rupiah terbuang sia-sia.
Mendengar cerita Sari, saya jadi teringat dengan daun-daun bawang, seledri, dan kemangi yang saya buang kemarin. Seperti biasa, jika sudah waktunya ke pasar, saya akan membeli stok bahan makanan untuk diolah selama minimal empat hari berikutnya. Salah satu bahan yang kerap saya beli adalah daun bawang. Kali terakhir belanja minggu lalu, kemangi masuk ke dalam daftar belanja karena saya ingin makan lalapan.
Baca selengkapnya:
Tulisan Terkait
25 Oktober 2024
Data Journalism Hackathon, Data Journalism Hackathon 2024, Liputan
Hilirisasi nikel adalah jargon yang terus-menerus dilontarkan Presiden Joko Widodo. Program itu kerap dikaitkan dengan energi hijau dan transisi kendaraan [...]
25 Oktober 2024
Data Journalism Hackathon, Data Journalism Hackathon 2024, Liputan
Anak usaha Sinar Mas, PT Wira Karya Sakti (WKS) mengelola lahan kedua konsesi, PT Pesona Belantara Persada (PBP) dan PT [...]
25 Oktober 2024
Data Journalism Hackathon, Data Journalism Hackathon 2024, Liputan
Kebakaran hutan dan lahan di Jambi berulang. Salah satu terparah terjadi pada 2019. Berbulan-bulan Jambi berselimut kabut asap kebakaran lahan [...]